Pada suatu pagi yang dingin di Ahad, 25 Juli 2010 sesuai dengan agenda kegiatan Komunitas Blogger Magelang Pendekar Tidar berencana untuk naik ke Gunung Tidar, Landmark Magelang. Setelah berkumpul beberapa orang sekitar jam 7 kami sowan dulu ke Juru Kunci Gunung Tidar, Mbah Paiman Rayi, penerus dari Mbah Paiman Kakung yang telah meninggal.
Sekitar 20 Menit Mbah Paiman bercerita mengenai sejarah dan hal ikhwal Gunung Tidar terutama berkaitan keberadaan 3 buah makam utama yang ada di atas gunung dan pembangunan sarana prasarananya. Sayang kami tidak bisa bertanya-tanya lebih banyak karena waktu semakin beranjak siang.
Menurut penuturan Mbah Paiman Rayi, dahulu kala sebelum Syeh Subakir diutus datang, Gunung Tidar terkenal sangat wingit dan angker bahkan saat itu ada istilah Jalmo Moro Jalmo Mati (siapapun yang datang akan mati). Dari istilah ini pula konon bukit ini dinamai Gunung Tidar jarwo dhosok dari maTI opo moDAR, maksudnya mungkin siapa saja yang naik gunung Tidar ini akan mati, sehingga tidak ada satupun orang yang berani naik Gunung Tidar. Kemudian Syeh Subakir datang bersama Syeh Bela Belu, Syeh Al Maghribi dan Syeh Jumadil Kubro, sebelum. Alkisah Syeh Subakir dibantu oleh Eyang Ismoyo mengusir jin-jin jahat yang memangsa para pendatang di Gunung Tidar ke Gunung Merapi dan Parangtritis dengan perjanjian bahwa para jin itu tidak akan mengganggu manusia yang menempati kawasan Gunung Tidar. Setelah berhasil mengusir para jin itu syeh Subakir kembali ke Rum (yang dalam hikayat lain mungkin yang dimaksud Rum oleh Mbah Paiman adalah Turki) Jadi makam yang ada disini hanyalah Petilasan tempat semedi saja.
Eyang Ismoyo…..